Sunday, April 9, 2017

Developing a Culturally-Relevant Public Relations Theory for Indonesia

REVIEW JURNAL

Developing a Culturally-Relevant Public Relations Theory for Indonesia

Penulis :
RACHMAT KRIYANTONO
Universitas Brawijaya Indonesia
rachmat_kr@ub.ac.id

BERNARD MCKENNA
University of Queensland Business School Australia
b.mckenna@business.uq.edu.au
 
Oleh:
Indana Zulfa 155120201111053
Tugas Mata Kuliah Teori Public Relations


Praktik Public Relations sudah lama berkembang seiring dengan peradaban manusia, hal itu dikarenakan adanya kebutuhan untuk membujuk orang. Banyak strategi persuasi yang dilakukan oleh public relations saat ini telah lama diaplikasikan berabad-abad yang lalu. Namun, public relations sebagai suatu disiplin ilmu merupakan satu kajian yang relatif baru. Sedikitnya penelitian dan banyak mengadopsi teori dari disiplin ilmu lain menjadikan public relations dianggap sebagai “lack of theory” dan “theoretical lateness” (Kriyantono, 2014). Tidak hanya itu saja, kajian public relations juga dianggap sebagai ilmu social yang multidisipliner, sehingga public relations belum dapat dianggap sebagai ilmu yang matang kecuali telah membuat teorinya sendiri dari konsep-konsep yang telah dipinjamnya. Oleh karena itu, public relations perlu
dikaji dari sudut pandang disiplin ilmu, bukannya hanya dikaji sebagai profesi.
Public relations muncul sebagai disiplin ilmu dalam kajian komunikasi tidak terlepas dari pengaruh dominasi persperktif barat. Kebanyakan teori-teori yang ada berasal dari perspektif Barat yaitu Amerika dan Eropa. Berdasarkan studi Dissanayake (1998), ia menemukan bahwa 71% materi yang digunakan dalam pembelajaran ilmu komunikasi di Asia Tenggara menggunakan teori yang berasal dari Amerika. Berbeda dengan Asia Selatan yang jauh lebih tinggi, yaitu 78%. Hal tersebut dikarenakan teori-teori dari barat dianggap dapat diaplikasikan secara global dalam aktivitas komunikasi dan bersifat universal. Bahkan dalam buku yang ditulis Rogers “History of Communication Study” tidak menyebutkan satupun ilmuwan dari Asia.
Banyaknya peneliti yang tidak mengkaji fenomena menggunakan konteks Indonesia, menjadikan studi public relations hingga saat ini masih berpedoman pada kajian dari perspektif barat. Ada lima hal yang menyebabkan dominasi perspektif barat di Indonesia, yaitu (Kriyantono, 2014) :
a)  Keterbelakangan pendidikan di Indonesia akibat penjajahan yang lama sehingga berdampak pada pola pikir dan budaya masyarakat Indonesia.
b)   Sistem pemerintahan yang otoriter pada masa Soekarno kemudian Soeharto.
c)    Sedikitnya  publikasi ilmiah baik nasional maupun internasional
d)   Dominasi Bahasa Inggris dalam kajian ilmiah
e)    Banyaknya pelajar Indonesia yang belajar ke negara Barat
           Muncul gagasan bahwa sangat dibutuhkannya kajian komunikasi dari perspektif Asia termasuk dalam kajian public relations. Ayish (2003); Dissanayake (2003); Gunaratne (2009); Raharjo (2013), menemukan bahwa beberapa negara Asia telah menciptakan teori komunikasi yang berasal dari perspektif mereka sendiri seperti teori komunikasi China, India, Confusian, dan Tao. Negara-negara Asia memiliki peradaban yang besar dan tidak mungkin jika tidak memiliki system komunikasi yang baik, karena komunikasi merupakan inti dari suatu budaya, maka tanpanya budaya akan mati.
        Penerapan teori dengan keadaan, suku etnis, dan juga penggabungan antara nasional ataupun antar suku yang beragam dapat berbeda-beda. Masyarakat Asia, khususnya Indonesia sangat kaya akan budaya dan kearifan local. Ilmuwan barat menyatakan bahwa sulitnya perspektif barat untuk bisa mengkaji fenomena komunikasi di Indonesia. Untuk itu, ilmuwan Indonesia perlu menggali kearifan local atau perspektif Indonesia untuk dasar pengembangan teori public relations agar sesuai dengan konteks di Indonesia. Kearifan lokal masyarakat Indonesia menjadi acuan dalam berkomunikasi dan berinterkasi antar sesama. Karena dibangun berdasarkan system kepercayaan, nilai-nilai budaya, maupun olah rasa masyarakat lokal, maka kearifan local ini bersifat empiris serta pragmatis yaitu mampu memecahkan masalah yang muncul dari interaksi social. Oleh karena itu, jika teori social termasuk teori public relations di Indonesia telah sesuai dengan kearifan lokalnya sendiri, maka kajian-kajian dan teori-teori dari perspektif barat tidak lagi efektif karena kurang sesuai dengan konteks yang ada di Indonesia. Maka dari itu, kearifan local Indonesia perlu digali dan di eksplorasi agar dapat menghasilkan dan mengembangkan teori-teori social dan kajian-kajian ilmiahnya sendiri sehingga sesuai dengan budaya Indonesia.
Berdasarkan kearifan local Indonesia, ditemukan konsep-konesp utama yang dapat digunakan untuk mengembangkan teori public relations agar sesuai dan relevan dengan social-budaya Indonesia. Adapun konsep-konsep tersebut, yaitu (Kriyantono & Mckenna, Developing a Culturally-Relevant Public Relations Theory for Indonesia, 2017) :
1)   Musyawarah mufakat as Indonesian decision making (Musyawarah mufakat sebagai pembuat keputusan di Indonesia)
Berbeda dengan masyarakat Barat, Indonesia menggunakan konsep musyawarah mufakat yaitu pengambilan keputusan dengan cara berdiskusi dan berdialog. Dengan kata lain, konsep ini bermakna bahwa public relations harus melakukan komunikasi yang efektif yaitu melalui proses komunikasi negosiasi untuk menyelesaikan suatu persoalan dengan mencari jalan tengah yang saling menguntungkan semua pihak tanpa memberi tekanan pada pihak lain serta dapat menjelaskan informasi secara detail.
2)   Maintain mutual relationships based on harmony in system (Menjaga hubungan timbal balik yang didasarkan pada system yang harmoni)
Seorang public relations dianggap harus dapat menjaga hubungan organisasinya dengan publik baik itu publik internal ataupun publik eksternal agar tetap harmonis. Sebuah strategi komunikasi yang berhubungan dengan masyarakat dari perspektif Indonesia bisa dilakukan dengan menerapkan pepatah local yaitu silih asah, silih asih, silih asuh (mengajari, mencintai, dan menjaga satu sama lain).
3)   Indonesian Perspective for Declaration of Principle (Tell the Truth)
Kebenaran dan kejujuran merupakan hal yang penting sebagai pondasi kehidupan. Konsep ini menyatakan bahwa seorang public relations jangan hanya bertindak sesuai kehendak manajmen organisasi saja, tetapi harus bertindak sesuai kebenaran Tuhan yang terwakilkan dalam sanubari hati nurani agar dapat menjaga reputasi organisasi.
4)   Blusukan as tool of communication facilitator (Blusukan sebagai alat fasilitator komunikasi)
Konsep ini memposisikan karyawan bukan dalam konteks hubungan kerja yang berdasarkan keuntungan tetapi memposisikan karyawan sebagai mitra yang tidak terpisahkan dalam operasional organisasi. Berbaur dan berinteraksi dengan karyawan menjadi hal yang penting bagi public relations untuk mendengarkan pandangan mereka. Dengan blusukan, public relations dapat menghasilkan  gethok tular atau word of mouth communication untuk menyebarkan informasi dari manajemen untuk meminimalisir persepsi yang salah.

           Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa public relations dalam konteks Indonesia dapat diterapkan dan dilakukan sesuai dengan kearifan lokal. Kearifan lokal setidaknya dapat digali agar mampu menghasilkan teori komunikasi maupun teori public relations yang sesuai dengan konteks social budaya Indonesia. Tak hanya dari kearifan lokalnya saja, tetapi juga perlu dilakukannya pengembangan teori public relations dari studi hasil kolaborasi teori Indonesia-Barat dan kritik terhadap teori dari Barat. Sehingga tidak perlu mengadopsi seluruh prinsip-prinsip Barat ke dalam teori atau praktek pubic relations di Indonesia. Dengan cara ini, budaya dan tradisi, dan norma-norma moral suatu negara dapat dipertahankan meskipun negara itu mengalami transformasi cepat menuju perekonomian dan gaya hidup yang lebih mengarah kepada Barat.


DAFTAR PUSTAKA

Kriyantono, R. (2014). Teori Public Relations Perspektif Barat dan Lokal. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Kriyantono, R., & Mckenna, B. (2017). Developing a Culturally-Relevant Public Relations Theory for Indonesia. Malaysian Journal of Communication, 1-16.

            

1 comment:

  1. Columbia's Titanium Art Group
    Customized bronze titanium jewelry sculpture. Designed in silicone dab rig with titanium nail a custom, custom, chi titanium flat irons and fully adjustable way, a Columbia Tinted bronze sculpture is titanium money clip crafted from 스포츠 토토 사이트 the precious stones

    ReplyDelete

Disqus Shortname

Comments system