REVIEW JURNAL
Developing
a Culturally-Relevant Public Relations Theory for Indonesia
Penulis :
RACHMAT KRIYANTONO
RACHMAT KRIYANTONO
Universitas Brawijaya
Indonesia
rachmat_kr@ub.ac.id
BERNARD MCKENNA
University of
Queensland Business School Australia
b.mckenna@business.uq.edu.au
Oleh:
Indana Zulfa 155120201111053
Indana Zulfa 155120201111053
Tugas Mata Kuliah
Teori Public Relations
Praktik Public
Relations sudah lama berkembang seiring dengan peradaban manusia,
hal itu dikarenakan adanya kebutuhan untuk membujuk orang. Banyak strategi
persuasi yang dilakukan oleh public relations saat ini telah lama diaplikasikan
berabad-abad yang lalu. Namun, public relations sebagai suatu disiplin ilmu
merupakan satu kajian yang relatif baru. Sedikitnya penelitian dan banyak
mengadopsi teori dari disiplin ilmu lain menjadikan public relations dianggap
sebagai “lack of theory” dan “theoretical lateness” (Kriyantono, 2014). Tidak
hanya itu saja, kajian public relations juga dianggap sebagai ilmu social yang
multidisipliner, sehingga public relations belum dapat dianggap sebagai ilmu
yang matang kecuali telah membuat teorinya sendiri dari konsep-konsep yang
telah dipinjamnya. Oleh karena itu, public relations perlu
dikaji dari sudut pandang disiplin ilmu, bukannya hanya dikaji sebagai profesi.
dikaji dari sudut pandang disiplin ilmu, bukannya hanya dikaji sebagai profesi.
Public relations muncul sebagai disiplin ilmu dalam kajian
komunikasi tidak terlepas dari pengaruh dominasi persperktif barat. Kebanyakan
teori-teori yang ada berasal dari perspektif Barat yaitu Amerika dan Eropa. Berdasarkan
studi Dissanayake (1998), ia menemukan bahwa 71% materi yang digunakan dalam
pembelajaran ilmu komunikasi di Asia Tenggara menggunakan teori yang berasal
dari Amerika. Berbeda dengan Asia Selatan yang jauh lebih tinggi, yaitu 78%. Hal
tersebut dikarenakan teori-teori dari barat dianggap dapat diaplikasikan secara
global dalam aktivitas komunikasi dan bersifat universal. Bahkan dalam buku
yang ditulis Rogers “History of Communication
Study” tidak menyebutkan satupun ilmuwan dari Asia.
Banyaknya peneliti yang tidak mengkaji fenomena
menggunakan konteks Indonesia, menjadikan studi public relations hingga saat ini masih berpedoman pada kajian dari perspektif
barat. Ada lima hal yang menyebabkan dominasi perspektif barat di Indonesia,
yaitu (Kriyantono, 2014) :
a) Keterbelakangan
pendidikan di Indonesia akibat penjajahan yang lama sehingga berdampak pada
pola pikir dan budaya masyarakat Indonesia.
b)
Sistem pemerintahan
yang otoriter pada masa Soekarno kemudian Soeharto.
c)
Sedikitnya publikasi ilmiah baik nasional maupun
internasional
d)
Dominasi Bahasa Inggris
dalam kajian ilmiah
e)
Banyaknya pelajar
Indonesia yang belajar ke negara Barat
Muncul gagasan bahwa sangat dibutuhkannya kajian komunikasi dari
perspektif Asia termasuk dalam kajian public
relations. Ayish
(2003); Dissanayake (2003); Gunaratne (2009); Raharjo (2013), menemukan bahwa
beberapa negara Asia telah menciptakan teori
komunikasi yang berasal dari perspektif mereka sendiri seperti teori komunikasi
China, India, Confusian, dan Tao. Negara-negara Asia memiliki peradaban yang
besar dan tidak mungkin jika tidak memiliki system komunikasi yang baik, karena
komunikasi merupakan inti dari suatu budaya, maka tanpanya budaya akan mati.
Penerapan
teori dengan keadaan, suku etnis, dan juga penggabungan antara nasional ataupun
antar suku yang beragam dapat berbeda-beda. Masyarakat Asia, khususnya
Indonesia sangat kaya akan budaya dan kearifan local. Ilmuwan barat menyatakan
bahwa sulitnya perspektif barat untuk bisa mengkaji fenomena komunikasi di Indonesia.
Untuk itu, ilmuwan Indonesia perlu menggali kearifan local atau perspektif
Indonesia untuk dasar pengembangan teori public
relations agar sesuai dengan konteks di Indonesia. Kearifan lokal masyarakat
Indonesia menjadi acuan dalam berkomunikasi dan berinterkasi antar sesama.
Karena dibangun berdasarkan system kepercayaan, nilai-nilai budaya, maupun olah
rasa masyarakat lokal, maka kearifan local ini bersifat empiris serta pragmatis
yaitu mampu memecahkan masalah yang muncul dari interaksi social. Oleh karena
itu, jika teori social termasuk teori public
relations di Indonesia telah sesuai dengan kearifan lokalnya sendiri, maka
kajian-kajian dan teori-teori dari perspektif barat tidak lagi efektif karena
kurang sesuai dengan konteks yang ada di Indonesia. Maka dari itu, kearifan local
Indonesia perlu digali dan di eksplorasi agar dapat menghasilkan dan
mengembangkan teori-teori social dan kajian-kajian ilmiahnya sendiri sehingga
sesuai dengan budaya Indonesia.
Berdasarkan kearifan local Indonesia,
ditemukan konsep-konesp utama yang dapat digunakan untuk mengembangkan teori public relations agar sesuai dan relevan
dengan social-budaya Indonesia. Adapun konsep-konsep tersebut, yaitu (Kriyantono
& Mckenna, Developing a Culturally-Relevant Public Relations Theory for
Indonesia, 2017) :
1)
Musyawarah mufakat as
Indonesian decision making (Musyawarah mufakat sebagai pembuat keputusan di
Indonesia)
Berbeda dengan masyarakat Barat,
Indonesia menggunakan konsep musyawarah mufakat yaitu pengambilan keputusan
dengan cara berdiskusi dan berdialog. Dengan kata lain, konsep ini bermakna
bahwa public relations harus
melakukan komunikasi yang efektif yaitu melalui proses komunikasi negosiasi
untuk menyelesaikan suatu persoalan dengan mencari jalan tengah yang saling
menguntungkan semua pihak tanpa memberi tekanan pada pihak lain serta dapat
menjelaskan informasi secara detail.
2)
Maintain mutual relationships based on
harmony in system (Menjaga hubungan timbal balik yang didasarkan
pada system yang harmoni)
Seorang public relations dianggap
harus dapat menjaga hubungan organisasinya dengan publik baik itu publik internal
ataupun publik eksternal agar tetap harmonis. Sebuah strategi komunikasi yang berhubungan dengan
masyarakat dari perspektif Indonesia bisa dilakukan dengan menerapkan pepatah local yaitu silih asah, silih asih, silih asuh (mengajari, mencintai, dan menjaga satu sama lain).
3)
Indonesian Perspective for Declaration
of Principle (Tell the Truth)
Kebenaran dan kejujuran merupakan
hal yang penting sebagai pondasi kehidupan. Konsep ini menyatakan bahwa seorang
public relations jangan hanya
bertindak sesuai kehendak manajmen organisasi saja, tetapi harus bertindak
sesuai kebenaran Tuhan yang terwakilkan dalam sanubari hati nurani agar dapat
menjaga reputasi organisasi.
4)
Blusukan as tool of communication
facilitator (Blusukan sebagai alat fasilitator
komunikasi)
Konsep ini memposisikan karyawan
bukan dalam konteks hubungan kerja yang berdasarkan keuntungan tetapi memposisikan
karyawan sebagai mitra yang tidak terpisahkan dalam operasional organisasi.
Berbaur dan berinteraksi dengan karyawan menjadi hal yang penting bagi public relations untuk mendengarkan
pandangan mereka. Dengan blusukan, public relations dapat menghasilkan
gethok tular atau “word of mouth communication”
untuk menyebarkan informasi dari manajemen untuk meminimalisir persepsi yang
salah.
Dari
penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa
public relations
dalam konteks Indonesia dapat diterapkan dan
dilakukan sesuai dengan kearifan lokal. Kearifan lokal setidaknya dapat digali agar
mampu menghasilkan
teori komunikasi maupun teori public
relations yang sesuai dengan konteks social budaya Indonesia. Tak hanya dari kearifan lokalnya saja, tetapi juga perlu dilakukannya
pengembangan
teori public relations dari studi hasil kolaborasi teori Indonesia-Barat dan
kritik terhadap teori dari Barat. Sehingga tidak perlu mengadopsi seluruh prinsip-prinsip
Barat ke dalam teori atau praktek pubic relations di
Indonesia. Dengan
cara ini, budaya dan tradisi, dan norma-norma moral suatu negara dapat dipertahankan
meskipun negara itu mengalami transformasi cepat menuju perekonomian dan gaya hidup yang lebih mengarah kepada Barat.
DAFTAR PUSTAKA
Kriyantono, R. (2014). Teori Public Relations
Perspektif Barat dan Lokal. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Kriyantono, R., & Mckenna, B. (2017). Developing a
Culturally-Relevant Public Relations Theory for Indonesia. Malaysian Journal of
Communication, 1-16.
Columbia's Titanium Art Group
ReplyDeleteCustomized bronze titanium jewelry sculpture. Designed in silicone dab rig with titanium nail a custom, custom, chi titanium flat irons and fully adjustable way, a Columbia Tinted bronze sculpture is titanium money clip crafted from 스포츠 토토 사이트 the precious stones